Beberapa waktu lalu seorang kawan lamaku, menceritakan apa
yang terjadi pada jalinan cinta yang sedang dirajut bersama pujaan hatinya. Ia
berkata padaku, “Aku jenuh, ia susah tuk diatur. Sudah seminggu aku beradu
mulut dengannya. Tak jelas sebabnya, padahal aku begitu menyayanginya, aku tak
ingin kehilangannya.”
Aku tak bisa berkata apa-apa selain, “Ya sudah sabar dulu,
beri dia waktu. Kalian butuh waktu untuk saling introspeksi diri.”
Sore ini ketika hendak mandi, aku melihat sebuah ember
kosong berwarna merah di bawah bibir sumur. Kutimba air dari sumur berusaha
mengisi ember kosong tersebut.
Sudah setengah, kurang sedikit lagi, penuh, dan meluap.
Saat ember ini terisi terlalu penuh, yang ada air ini keluar, air meluap. Ember
sudah tak mampu menampung air lagi.
Aku terdiam sejenak memandanginya, ada satu pikirku yang
terlontar di sana.
Ember ini adalah sebuah lubang dalam hati, yang mana suatu
saat pasti akan ada seseorang yang kan mengisinya dengan air (rasa cinta).
Namun di sinilah aku tertegun, ternyata ember ini mempunyai batas volume
tertentu yang mana itu berarti lubang dalam hati ini juga memiliki kapasitasnya
sendiri.
Ya tentu saja, coba bayangkan! Saat perhatian yang
dicurahkan oleh seseorang kepada kita adalah berlebihan maka akan berujung
sebuah posesif. Air yang meluap adalah rasa yang berlebih, rasa yang sia-sia,
rasa jenuh yang ada saat semua rasa yang dicurahkan sudah melebihi
kapasitasnya. Maka cintailah seseorang dengan batas kapasitas yang dimilikinya.
Namun semua tak berhenti begitu saja, suatu saat Tuhan kan
kirimkan musim yang terik, musim yang panas dimana air dalam ember itu kan
menguap dan akan berkurang. Ini saatnya bagi kita mengisi kembali ember dengan
air hingga penuh.
Suatu saat Tuhan juga kan kirimkan hujan, dimana air akan
meluap kembali. Ini adalah ujian, dimana kita harus bersabar dan menunggu.
Karena tak ada yang bisa kita perbuat, selain meneduhkan ember itu dari terpaan
hujan.
Sesuatu yang berlebihan ternyata memang tak selalu berbuah
manis.
© 2014 by W.U. Widiarsa. All rights reserved
This comment has been removed by the author.
ReplyDeletesatu kata wi. keren!!! hanya satu aja, ketika narasi sama dialog 2 orang yang berbeda harus di pisahkan dengan enter 1 kali. contohnya gini:
ReplyDelete“Aku jenuh, ia susah tuk diatur.
Sudah seminggu aku beradu mulut dengannya. Tak jelas sebabnya, padahal aku begitu
menyayanginya, aku tak ingin kehilangannya.”
Aku tak bisa berkata apa-apa selain
“ Ya sudah sabar dulu, beri dia waktu. Kalian butuh waktu
untuk saling instropeksi diri.”
nah gitu. keep istiqomah dalam menulis yak!! apa saja!!! └(^o^)┘ semangat.
Makasih ya mbak.. Bisa jadi koreksi buat saya :)
ReplyDeleteNtar saya perbaiki mbak.
hehehe.. Makasih...