(Photo by: S.A.
Ozora)
Aku ingin jadi air mata.
Selayaknya kau; yang mata.
Menjatuhkannya sebagai ungkapan duka maupun haru
bahagia...
Aku ingin jadi tawa.
Selayaknya kau; yang mulut,
Menyeruakkan suka atau bentuk hina dan ego yang
tersulut, berangsur surut...
Aku ingin jadi senyum.
Selayaknya kau; yang bibir,
Menyunggingkannya sebagai rasa syukur dalam hidup,
yang kausebut takdir...
Aku ingin jadi pelukan.
Selayaknya kau; yang lengan,
Mendekapnya sebagai satu kehangatan hingga tak mampu
lagi diutarakan...
Aku ingin jadi suara.
Selayaknya kau; yang telinga,
Gemar menggubah sunyi menjadi bunyi-bunyi, atau
bunyi-bunyi yang jadi nyanyi...
Dan yang paling sederhana,
Aku ingin jadi aku
Yang lebih gamang...
Aku ingin jadi bayang
Di mana meski remang akan tetap ada kita, yang tak
hilang.
Meski malam, kecuali padam.
(Kediri, 18 Oktober 2016)
© 2016 by W.U. Widiarsa. All rights reserved
0 comments:
Post a Comment