Banyak bulan, hari, jam , menit bahkan
detik yang sudah tak bisa kuhitung. Namun perjalanan hidup yang masih panjang takkan
mampu membuatku lupa. Takkan mampu menghapuskan jejak rekaman yang pernah
diperdendangkan dalam ingatan.
Sesekali waktu biarkanlah aku
mengingatnya kembali. Tentang sebuah hangatnya kebersamaan. Tentang
lenggak-lenggok tubuh atau lirikan mata yang mengikuti sebuah alunan nada.
Tentang empat jenis suara yang dipadukan jadi satu kesatuan warna. Tentang
riuhnya tepuk tangan serta aroma kepuasan sebuah kemenangan. Atau bahkan hanya
sekedar ingin merasakan debar-debar jantung yang membuat candu dalam setiap
pagelaran.
Sesekali waktu biarkanlah hidup ini
serupa paduan suara. Belajar memberikan yang terbaik, belajar menjadi sempurna
dalam segala suasana. Berdiri tegap di depan para juri atau para penonton,
sekadar melempar senyum hangat sejenak melupakan segala kegundahan yang ada.
Menyelaraskan suara di tengah keberagaman yang ada. Belajar berlapang dada,
meskipun rasa kecewa ada. Menggenggam rasa yakin pasti bisa demi sebuah
penampilan yang luar biasa.
Ketahuilah, sebab kegiatan yang kian
menderas dalam hidup, tak membuat sebuah kenangan kan bertahan lama. Sebab kan
ada waktunya lidah kelu menceritakan sebuah kisah masa lalu. Aku hanya berharap ketika rambutmu mulai
memutih, ketika sepasang matamu mulai merabun, ketika ingatanmu mulai
meraba-raba karena pikun; akan ada tentangmu tentangku tentang kita yang
ditulis sejarah.
Ketahuilah, barangkali waktu yang
berputar ialah keganjilan yang tak selalu digenapkan oleh sebuah hangatnya
kehadiran. Barangkali waktu yang berjalan, ialah keganjilan yang tak pernah
digenapkan oleh sebuah kebersamaan yang berlangsung lama.
Dibanding rumah megah namun sunyi,
Kebersamaan ini lebih mewah dan berbunyi
© 2014 by W.U. Widiarsa. All rights reserved