Monday, November 25, 2013

Seumpama Seember Air

Beberapa waktu lalu seorang kawan lamaku, menceritakan apa yang terjadi pada jalinan cinta yang sedang dirajut bersama pujaan hatinya. Ia berkata padaku, “Aku jenuh, ia susah tuk diatur. Sudah seminggu aku beradu mulut dengannya. Tak jelas sebabnya, padahal aku begitu menyayanginya, aku tak ingin kehilangannya.”

Aku tak bisa berkata apa-apa selain, “Ya sudah sabar dulu, beri dia waktu. Kalian butuh waktu untuk saling introspeksi diri.”

Sore ini ketika hendak mandi, aku melihat sebuah ember kosong berwarna merah di bawah bibir sumur. Kutimba air dari sumur berusaha mengisi ember kosong tersebut. 
Sudah setengah, kurang sedikit lagi, penuh, dan meluap. Saat ember ini terisi terlalu penuh, yang ada air ini keluar, air meluap. Ember sudah tak mampu menampung air lagi.

Aku terdiam sejenak memandanginya, ada satu pikirku yang terlontar di sana.

Ember ini adalah sebuah lubang dalam hati, yang mana suatu saat pasti akan ada seseorang yang kan mengisinya dengan air (rasa cinta). Namun di sinilah aku tertegun, ternyata ember ini mempunyai batas volume tertentu yang mana itu berarti lubang dalam hati ini juga memiliki kapasitasnya sendiri.

Ya tentu saja, coba bayangkan! Saat perhatian yang dicurahkan oleh seseorang kepada kita adalah berlebihan maka akan berujung sebuah posesif. Air yang meluap adalah rasa yang berlebih, rasa yang sia-sia, rasa jenuh yang ada saat semua rasa yang dicurahkan sudah melebihi kapasitasnya. Maka cintailah seseorang dengan batas kapasitas yang dimilikinya.

Namun semua tak berhenti begitu saja, suatu saat Tuhan kan kirimkan musim yang terik, musim yang panas dimana air dalam ember itu kan menguap dan akan berkurang. Ini saatnya bagi kita mengisi kembali ember dengan air hingga penuh.

Suatu saat Tuhan juga kan kirimkan hujan, dimana air akan meluap kembali. Ini adalah ujian, dimana kita harus bersabar dan menunggu. Karena tak ada yang bisa kita perbuat, selain meneduhkan ember itu dari terpaan hujan.

Sesuatu yang berlebihan ternyata memang tak selalu berbuah manis.


Malang, 2013


© 2014 by W.U. Widiarsa. All rights reserved

3 comments:

  1. This comment has been removed by the author.

    ReplyDelete
  2. satu kata wi. keren!!! hanya satu aja, ketika narasi sama dialog 2 orang yang berbeda harus di pisahkan dengan enter 1 kali. contohnya gini:

    “Aku jenuh, ia susah tuk diatur.
    Sudah seminggu aku beradu mulut dengannya. Tak jelas sebabnya, padahal aku begitu
    menyayanginya, aku tak ingin kehilangannya.”

    Aku tak bisa berkata apa-apa selain
    “ Ya sudah sabar dulu, beri dia waktu. Kalian butuh waktu
    untuk saling instropeksi diri.”

    nah gitu. keep istiqomah dalam menulis yak!! apa saja!!! └(^o^)┘ semangat.

    ReplyDelete
  3. Makasih ya mbak.. Bisa jadi koreksi buat saya :)
    Ntar saya perbaiki mbak.
    hehehe.. Makasih...

    ReplyDelete